Yuk, Mareee...


Yeah. Aku masih saja memikirkannya. Walau harapan untuk bersamanya telah kubunuh dan kukubur jauh mendalam. Aku tetap memikirkannya. Keyakinanku memang tak lagi padanya. Aku telah mengikhlaskannya. Jauh lebih mudah untuk mengikhlaskannya. Daripada untuk memperjuangkannya.

Setidaknya aku bisa tersenyum melihatnya bahagia. Aku bisa bahagia melihatnya tersenyum. Melihatnya berdamai dengan masa lalu. Dan menemukan masa depan yang dia impikan. Sungguh, aku mengikhlaskannya bahagia tanpaku.
Tidak. Aku tidak terluka karena ini. Aku hanya sedikit merasa sakit, karena belum saatnya aku mereguk bahagia. Tapi itu tak berpengaruh terhadap apapun. Aku sudah terbiasa tidak mendapatkan apa yang aku mau. Dia, dan rasa itu, bukan satu-satunya yang kuinginkan.
Kak, terima kasih. Karena kehadiranmu membuatku berani untuk membuka diri. Membuka hati yang rapat dengan kesakitanku. Walau ternyata kehadiranmu bukan untuk menikmati rasa yang kupunya untukmu. Walau ternyata bukan aku yang akan kau pilih. Tapi terima kasih. Untuk semua waktu. Untuk semua kesakitan. Untuk semua bahagia semu. Ya, aku sempat merasa bahagia. Walau singkat kunikmati. Bahagia sempat berada di sampingmu…
Terima kasih, Kak…^^

0 komentar:

Posting Komentar